Langsung ke konten utama

Menulis Sebagai Terapi Kesehatan Jiwa

 

Aktivitas menulis (foto : pixabay/mozlase__)

Tetap sehat jiwa dan raga? Siapa sih yang nggak mau sehat kedua-duanya. Bagi saya, kesehatan menjadi hal paling penting dibanding yang lainnya. Kalau badan saya sehat, saya bisa dengan mudah melakukan apapun termasuk rutinitas harian sebagai seorang ibu. Mengurus anak dan rumah akan lebih terasa nikmat saat tubuh saya sehat. Meski lelah, seenggaknya saya tidak kesulitan melakukan kewajiban saya melakukan itu semua. Kalau badan sakit, sudah pasti rumah dan anak-anak tidak terurus seperti biasanya. Meski bisa jadi, saat tubuh saya sakit itu merupakan sinyal atau alarm alami kalau tubuh sebenarnya sedang meminta haknya untuk beristirahat. Lepas sejenak dari rutinitas harian. 


Tadi itu kalau sakit fisik, ya. Beda lagi kalau sakit terjadi pada mental atau pikiran kita. Sakitnya nggak terlihat, cuma kalau dibiarkan berlarut-larut bisa membahayakan jiwa seseorang yang mengidapnya. 


Gejala Gangguan Kesehatan Mental


Kadang saya suka memperhatikan, orang-orang di sekeliling saya atau bahkan diri saya sendiri. Karena kesehatan mental yang terganggu ada ciri-cirinya juga. Jadi gangguan mental yang terjadi bisa diketahui lebih awal, asalkan kita peka dan tidak cuek pada sekeliling. 


Berikut beberapa ciri-ciri orang yang terganggu kesehatan mentalnya : 

  1. Rasa takut berlebihan 
  2. Merasa sangat kelelahan dan tidak bertenaga
  3. Mengalami gangguan tidur
  4. Sulit berkonsentrasi dan putus asa berkepanjangan

  5. Mudah marah dengan kondisi mood yang cepat berubah drastis

  6. Menarik diri dari lingkungan bahkan tidak ingin bertemu siapapun

  7. Ingin mengakhiri hidup


Kalau seseorang sudah merasakan beberapa gejala di atas, baiknya ya segera konsultasi dengan psikiater ataupun psikolog. Curahkan rasa dan gejala yang dialami kepada ahlinya agar gangguan ini tidak berlanjut dan menjadi semakin parah. Jika diibaratkan mesin mobil, jangan tunggu mobilnya mogok dulu baru dibawa ke bengkel. Karena orang yang kesehatan mentalnya terganggu, bisa menyebabkan ancaman bagi dirinya ataupun orang-orang di sekelilingnya.


Sebagai ibu, saya paham banget kalau perempuan tuh sangat rentan terkena gangguan kesehatan mental. Apalagi perempuan yang kerap berada di rumah, atau sebut aja ibu rumah tangga, yang kesehariannya berkutat di dalam rumah saja. Pastinya rentan banget sama masalah satu ini. Selain karena dilanda kelelahan yang teramat sangat ditambah tidak adanya tempat untuk bercerita mengeluarkan keluh kesah, kesehatan mental seseorang juga bisa terganggu karena beberapa sebab di bawah ini, yaitu : 

  1. Tidak memiliki support system 

  2. Mengalami stress berkepanjangan dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam keluarga, pekerjaan dan pertemanan

  3. Mengalami trauma

  4. Adanya kekerasan dalam rumah tangga

  5. Terisolasi dari dunia luar

  6. Kehilangan orang yang disayang yang disebabkan kematian


Selain beberapa penyebab di atas, gangguan kesehatan mental juga bisa disebabkan karena adanya faktor genetik atau keturunan. 


Tapi ya, yang saya baca dari beberapa artikel kesehatan di Mbah Google, gangguan  kesehatan mental ini sebenarnya bisa dicegah dengan beberapa hal loh, salah satunya dengan melakukan aktivitas yang kita suka, dalam hal ini yaitu melakukan hobi. 


Lakukan Hobi untuk Menyegarkan Pikiran


Urusan hobi, dari kecil saya senang membaca. Orang tua saya juga selalu menghadiahkan banyak buku saat ada rezeki lebih. Bertahun-tahun membaca buku, akhirnya saya pun mulai gemar dengan aktivitas menulis. Membaca dan menulis menjadi satu aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan saya, uhhukk. 


Apalagi saat kenal dunia blogging, hemmm rasanya itu kaya ketemu dunia baru yang mind blowing. 

“Apa sih, Va, lebay lo!”

“Hah, emang saya lebay, ya? Berlebihan nggak si? Nggak lah, ya.”

Soalnya dulu waktu saya awal-awal menulis, saya menulis dengan cara menulis cerita anak dan cerpen-cerpen koran serta resensi buku dan mengirimkannya ke berbagai koran dan majalah. Strugglenya, jangan ditanya. Dalam setahun, cerita anak saya hanya sekali dimuat di majalah Bobo. Itu pun dengan masa tunggu setahun karena proses seleksi dan banyaknya cerita anak yang diterima oleh redaksi majalah tersebut. Dapat honor iya, dikirimi majalah fisiknya juga iya, tapi lama masa menunggu kabarnya itu yang Subhanallah banget. Nasib cerpen koran dan resensi buku yang saya kirim ke koran-koran nasional atau lokal nasibnya juga nggak jauh beda. Saya ingat ada satu cerpen saya yang dimuat oleh media lokal dan beberapa resensi buku yang juga dimuat oleh beberapa koran lokal seperti Radar Surabaya dan Koran Jakarta yang Alhamdulillah ada juga honornya. Namun persaingan yang berat dan masa tunggu yang lama, suka bikin saya stuck dan kesulitan menjaga semangat untuk menekuni prosesnya. 


Dan taraaa… menulis di blog menjadi cara saya untuk tetap bisa menjaga kesehatan mental meski sehari-hari aktivitasnya ya, kebanyakan di rumah aja. Soalnya nulis di blog itu nggak perlu ngantri lama dan tanpa perlu diseleksi lagi oleh redaksi. Kita yang memutuskan mau nulis apa, kapan tanggal posting, pokoknya blog itu pribadi milik kita tapi tetep ya isinya harus bisa dipertanggungjawabkan. 


Kayak sekarang aja nih, saya mencoba memaksakan diri untuk ikut challenge dari komunitas Kumpulan Emak Blogger, seribu kata per hari, selama 30 hari tanpa putus. Walau bagaimanapun saya merasa tertantang dan ingin mencobanya dan ternyata bikin otak saya fresh juga setelah dijalani. Padahal biasanya nih seminggu satu artikel aja itu belum tentu saya bisa. Tapi ini kok, jadi kecanduan yang menyenangkan dan positif banget yaa hehehe. Positif terutama untuk menjaga kesehatan mental saya. Kalau nggak kenal dunia blogging, nggak tau deh saya pelampiasannya kemana. Dengan nge-blog, hari-hari saya berasa lebih waras deh pokoknya.


Menulis untuk Healing


Bukan karena hobi aja, tapi menurut penelitian yang ada, seperti yang pernah saya baca dari artikel gooddoctor, menulis ternyata memiliki banyak manfaat untuk mengembalikan kesehatan mental seseorang. Berikut beberapa manfaatnya : 

  1. Menulis efektif memberi rasa bahagia

  2. Melepas stres dan emosi yang dirasakan

  3. Mencegah pikun

  4. Menjadi terapi alternatif untuk kesehatan mental dan fisik


Omong-omong soal terapi, saya jadi ingat kalau dulu Bapak BJ Habibie sempat mengalami depresi berat karena terlalu sedih dan larut atas kehilangan Bu Ainun. Hampir sepanjang hari beliau berkeliling rumah mencari dan memanggil Bu Ainun. Tim dokter pun memberi 4 pilihan jenis terapi serta pengobatan yang bisa dilakukan. Pak Habibie memilih untuk menulis sebagai terapi untuk mengembalikan kesehatan mentalnya. Selama hampir tiga bulan lamanya, beliau menulis kisah hidupnya bersama Bu Ainun yang di kemudian hari liris menjadi novel Habibie & Ainun yang juga dibuat filmnya. Dengan menulis pun, beliau bisa bangkit dari keterpurukan setelah kehilangan orang terkasih. Sebegitu ampuhnya kegiatan menulis untuk kesehatan mental seseorang.


Coba deh, kalau kamu nggak sengaja baca tulisan ini, cobain menulis untuk healing. Terutama untuk menjaga kesehatan mental pribadi. Nggak perlu langsung menulis di blog. Untuk memulainya bisa dengan menulis di buku harian atau dengan cara membuat journaling. Setidaknya menulis bisa untuk mengeluarkan isi kepala yang sudah terasa penuh. Setelah mencoba, lama-lama jadi ketagihan dan butuh menulis setiap hari.

Mau nyoba? Sok dicoba biar nggak penasaran. 



Sumber : 
https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/23/090200923/gangguan-kesehatan-mental-waspadai-penyebab-dan-gejalanya-pada-diri?page=all

https://www.gooddoctor.co.id/hidup-sehat/mental/manfaat-menulis-untuk-kesehatan-mental/









 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Hujan Kembali Datang, Waspadai DBD dan Gejalanya

Musim hujan kembali datang.. brrr dingin dan mager, itu yang sering terlintas di kepala saya tiap kali teringat tentang musim hujan. Tapi faktanya mam, selain hawa dingin yang bikin mager, ternyata hujan yang turun terus menerus dan genangan air sesudahnya di sepanjang jalan, bisa menjadi surga loh untuk nyamuk berkembang biak dengan leluasa. Hal ini pula yang menyebabkan penyebaran DBD banyak terjadi saat musim hujan. Biasanya bagi kebanyakan orang, termasuk saya pun kalau sering kehujanan, kondisi tubuh pun menjadi tidak fit. Nah saat imun tubuh berkurang, saat itulah si virus DBD ini masuk menyerang tubuh kita. Karena sistem imun tubuh pada anak-anak belum sempurna, hal ini juga yang menyebabkan penyakit DBD lebh sering menyerang pada anak. Nyamuk Aedes Aegypti (foto:wikipedia.com) DBD itu sendiri adalah kepanjangan dari Demam Berdarah Dengue yang disebabkan oleh infeksi virus DBD di tubuh kita yang disebarkan lewat gigitan nyamuk betina jenis Aedes Aegypti. Gejala DBD p...

Guantanamo Diary- Diari Terampasnya HAM Seorang Napi

Secara tidak sengaja, buku ini awalnya saya comot begitu saja saat tak sengaja melihatnya di sebuah rak buku di sebuah toko buku besar di pusat perbelanjaan tak jauh dari rumah.  Pertimbangan saya saat itu hanya menilik lewat kover buku yang berwarna cerah dan blurb yang menyentak di bagian belakang buku. Dan setelah membacanya, saya langsung terhanyut dengan kisah yang dialami sang penulis-Mohamedou Ould Slahi- yang nyatanya sampai saat ini pun dirinya tak pernah menyangka dipaksa mendekam di dalam penjara terkejam di dunia-Guantanamo. Tanpa berbuat kesalahan apapun, ia menjadi tertuduh anggota teroris oleh Amerika. Miris namun begitu banyak hikmah yang terkandung di buku ini. Saat membacanya, hati saya ikut gelisah yang akhirnya saya tuangkan ke dalam sebuah tulisan dan Alhamdulillah dimuat di  Koran Jakarta, 15 Nov 2016. Berikut ulasannya. Kesaksian dari Neraka Guantanamo Judul Buku    : Guantanamo Diary Penulis   ...

Resensi Buku Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir ; Menghindari Sikap Lalai dan Kesia-siaan Hidup

Judul       : Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir Penulis    : Riawani Elyta & Risa Mutia Penerbit  : Quanta Cetakan   : 2019 Tebal       : 234 halaman ISBN       : 978-623-00-0386-8 Disadari atau tidak, gaya hidup hedonisme merebak secepat pertumbuhan jamur di musim hujan. Pesatnya kemajuan teknologi berimbas pada jumlah pemakai sosial media yang meningkat drastis ikut berperan dalam perkembangan gaya hidup konsumtif berlebihan dan menonjolkan kepuasan duniawi semata. Jika tidak diimbangi dengan kecerdasan rohaniah, tentunya banyak manusia akan terjerumus pada kemilau dunia yang sifatnya sesaat. Karena sesungguhnya, dunia ini hanyalah setetes air. Kalau kau tak dapat, jangan sedih, karena yang tak kau dapat hanya setetes. Dan kalau kau dapat, jangan bangga, karena yang kau dapat hanya setetes (hal.61). Melalui buku ini, penulis mengajak pembacanya agar tidak lalai menyikapi k...