![]() |
Foto : Unsplash / Alex Shute |
Forgive and Forget, not Revenge and Regret
Petuah di atas pertama kali saya dengar dari Ustadzah yang mengajar anak saya di pondok. Bagus ya, klop gitu mulai dari makna sampai artikulasinya. Tapi untuk pelaksanaannya, apa saya bisa?
Memaafkan memang mudah, melupakannya yang agak susah. Bener enggak sih? Kalau saya sih setuju ya dengan kata-kata itu. Setiap kesalahan yang orang lain lakukan, pastinya tidak akan benar-benar bisa dilupakan. Seperti lubang paku di dinding, sekali dinding itu dipaku, walaupun paku sudah dicabut, bekas lubangnya tetap akan ada di dinding itu sampai kapanpun. Kecuali dinding itu diperhalus atau direnov sekaligus dengan rumahnya.
Ya, begitulah dengan hati manusia yang terbuat dari seonggok daging. Jika sudah tersakiti, meski sudah dimaafkan, melupakan kejadian tersebut yang agak susah untuk dilakukan. Saya juga manusia biasa. Bisa memaafkan tapi agak sulit untuk melupakan.
Dulu saya yang introvert sering merasa kecewa dengan sikap orang lain. Parahnya lagi, saya sering mengalah dan berpura-pura orang itu tidak berbuat salah pada saya. Saya tidak akan marah dengan kesalahan yang dia lakukan, malah saya akan berpura-pura semuanya baik-baik saja dan memendam rasa kesal seorang diri.
Tapi sekarang, enggak lagi-lagi deh. Lama kelamaan saya capek kalau harus bersikap seperti itu terus. Kalau ada orang yang berbuat salah pada saya, kalau kesalahan kecil saya akan coba untuk bersabar menghadapinya.
Tapi jika kesalahannya sudah fatal, saya akan tunjukkan kalau saya juga marah atas perlakuannya itu. Speak up, saya tunjukin kalau saya tuh enggak terima diperlakukan seperti itu. Urusan orang itu mau meminta maaf nantinya, jelas akan saya maafkan. Tapi tunggu dulu deh kalau untuk urusan melupakan hal tersebut. Karena rasanya untuk dekat lagi atau bersikap biasa saja seperti dulu akan cukup sulit. Keadaan sudah berbeda begitu juga dengan hati saya yang tak lagi sama. Berjarak sepertinya akan lebih baik.
Berharap Hanya Pada Allah SWT
Saya akui, dulu saya orangnya sangat sensitif atau baperan mungkin, ya. Merasakan perbedaan sedikit saja dari orang-orang di sekeliling yang saya kenal, pasti bawaannya akan kepikiran sampai kadang jadi enggak bisa tidur atau bahkan jadi bikin enggak enak suasana hati. Apa saya telah melakukan kesalahan secara enggak sengaja? dan sebagainya, dan sebagainya. Pikiran-pikiran yang membuat saya jadi overthinking dan tidak nyaman menjalani hari-hari.
Tapi seiring bertambahnya usia, pemikiran saya pun berubah juga. Saya akan menahan diri untuk tidak overthingking saat ada sikap orang yang berubah pada saya. Banyak kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa membuat orang itu berubah selain karena dia marah pada saya. Padahal bisa saja orang tersebut sedang ada masalah lain atau mungkin sedang terburu-buru karena ada urusan yang mendesak. Saya tidak akan menyalahkan diri saya lagi ketika ada orang lain yang berubah sikapnya dari hangat menjadi dingin sementara saya tidak melakukan kesalahan apapun terhadapnya.
Begitu juga saya akan menunjukkan kalau saya marah padanya saat dia berbuat salah. Tidak lagi saya pendam-pendam yang hanya akan memberi rasa sesak di dada.
Tapi semakin ke sini, saya mulai mencoba untuk mengabaikan saat ada orang berbuat salah pada saya. Mungkin saya sudah lelah untuk berdebat atau malas menyimpan rasa kesal pada orang lain. Tapi semakin banyak saya menonton video dakwah dari banyak Ustadz yang kredibel dan berseliweran videonya di segala macam sosial media, saya jadi tahu kalau untuk mengurangi kekecewaan terhadap manusia, saya tidak boleh menggantungkan harap selain kepada Allah SWT.
Memang benar adanya kalau manusia itu tempatnya salah. Makanya jangan pernah berharap kepada manusia. Berharap pada manusia tuh hanya akan buat saya kecewa. Berharaplah hanya pada Allah SWT. Karena ketika kita sudah tidak berharap lagi pada manusia, saat ada orang yang melakukan kesalahan pada kita, kita akan dengan enteng memaafkannya bahkan bisa melupakannya. Karena ya, emang kita tuh udah enggak ngarepin sesuatu lagi dari dia. Ngarepnya cuma sama Allah, jadi ga akan ada lagi rasa kecewa.
Meski begitu, ada juga nih tips supaya kita bisa memaafkan kesalahan orang lain tanpa terus-terusan mengingat kesalahannya yang lalu. Karena efek memaafkan dan melupakan ternyata sangat bagus buat diri kita, hati jadi plong, badan pun jadi lebih sehat. Menyimpan dendam itu beneran enggak enak, bermusuhan terlalu lama apalagi. Berikut beberapa tipsnya, ya :
Memvalidasi perasaan kita
Seperti yang tadi saya bilang, akui perasaan yang sedang kita rasakan. Kalau memang saya marah dan enggak terima dengan perlakuan seseorang, saya akan bilang atau tunjukkan kepadanya kalau saya tuh enggak suka diginiin. Jangan ditahan atau memilih untuk enggak jujur pada diri ya, lepaskan saja tapi tetap dengan cara yang bijak, ya. Bisa dengan cara marah, menangis, ataupun menjaga jarak untuk sementara waktu.
Nggak papa untuk tidak bertemu sementara waktu
Karena hati saya pun butuh ruang untuk sendiri. Memaafkan juga butuh proses. Saya sudah membuktikannya. Dari awalnya memvalidasi perasaan, lalu memaafkan, memberi jarak, sampai bisa mencoba lapang dada untuk bisa bersua lagi di suatu kesempatan butuh waktu yang nggak sebentar. Tapi seiring waktu, bisa kok.
Coba mengingat kebaikan dia di masa lalu
Nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini ya, gaes. Sebaik apapun seseorang pasti tetap punya kesalahan di hidupnya. Kalau lagi kecewa berat sama orang, saya mencoba membujuk hati untuk mengingat lagi kebaikan-kebaikan orang tersebut di masa lalu. Setidaknya ya, cukup efektif mengurangi sedikit kadar kekecewaan saya pada orang tersebut hehe.
Waktu yang akan menyembuhkan
Semua emang butuh proses sih. Termasuk memaafkan seseorang. Saya juga pernah ngalamin, kok. Memang kesalahan yang dia perbuat memang sering dan yang terakhir ini fatal buat saya. Sampai saya blok nomer ponselnya. Seumur-umur saya enggak pernah ngeblok nomer ponsel orang wkwk. Tapi seiring waktu, setelah bertahun-tahun lewat, ya sekitar 3x lebaran deh, hubungan kami mulai membaik dan bisa tersenyum tulus lagi satu sama lain meski tidak senormal dulu, ya. Tapi saya memilih untuk terbebas dari perasaan tidak nyaman karena terus-terusan mengingat kesalahan orang lain di masa lalu.
Saya juga pernah dengar kalau memaafkan dan melupakan kesalahan seseorang bisa bikin hati kita jadi lebih bahagia. Bahkan dari salah satu potongan tausiyah dr zaidul akbar, beliau bercerita bahwa ada salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang ketika wafat, wajahnya itu sangat bersinar seperti diterangi lampu. Sahabat-sahabat Nabi yang lain pun merasa takjub dan bertanya pada Rasulullah, amalan apa yang telah almarhum lakukan sehingga wajahnya bisa secerah itu. Rasulullah pun menjelaskan bahwa almarhum tidak pernah menyimpan benci kepada sesama muslim bahkan terhadap semua manusia lainnya. Hatinya bersih dari rasa kesal dan dendam terhadap orang lain. Itulah yang membuat wajahnya terlihat sangat cerah.
Sebegitu dahsyatnya manfaat memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain ya, gaes. Jadi gimana, lebih baik dimaafkan lalu dilupakan ya. Sampai sekarang saya pun masih belajar untuk bisa melakukannya.
Komentar
Posting Komentar