Langsung ke konten utama

Guantanamo Diary- Diari Terampasnya HAM Seorang Napi



Secara tidak sengaja, buku ini awalnya saya comot begitu saja saat tak sengaja melihatnya di sebuah rak buku di sebuah toko buku besar di pusat perbelanjaan tak jauh dari rumah. 

Pertimbangan saya saat itu hanya menilik lewat kover buku yang berwarna cerah dan blurb yang menyentak di bagian belakang buku. Dan setelah membacanya, saya langsung terhanyut dengan kisah yang dialami sang penulis-Mohamedou Ould Slahi- yang nyatanya sampai saat ini pun dirinya tak pernah menyangka dipaksa mendekam di dalam penjara terkejam di dunia-Guantanamo.

Tanpa berbuat kesalahan apapun, ia menjadi tertuduh anggota teroris oleh Amerika. Miris namun begitu banyak hikmah yang terkandung di buku ini.

Saat membacanya, hati saya ikut gelisah yang akhirnya saya tuangkan ke dalam sebuah tulisan dan Alhamdulillah dimuat di Koran Jakarta, 15 Nov 2016.
Berikut ulasannya.






Kesaksian dari Neraka Guantanamo



Judul Buku   : Guantanamo Diary
Penulis          : Mohamedou Ould Slahi
Penerbit         : Noura Books
Cetakan         : I, Maret 2016
Halaman        : 418 halaman
ISBN               : 978-602-385-065-5
Peresensi      : Eva Sholihah, pecinta baca tulis. Alumni SMK Patria Wisata, Jakarta.
             
            Hukum perang amatlah keras. Sebagian orang berusaha memanfaatkan ketiadaan hukum untuk melukai yang lain. Sementara sebagian lain berusaha mengurangi penderitaan seminimal mungkin. (Hal.87)
            Begitu juga upaya Amerika dalam memerangi terorisme. Sebagai negara adidaya yang memiliki pasukan militer terkuat di dunia, Amerika bertekad menumpas habis terorisme sampai ke akar-akarnya. Ini dilakukan terutama pasca serangan 9 November 2001. Pemerintah Amerika kerap berbicara tentang sebuah konspirasi besar melawan dirinya dan konfrontasi khusus pun dilakukan jika menyentuh ranah terorisme.
            Amerika dalam melawan terorisme mendirikan penjara khusus untuk para tahanan kasus terorisme. Dulu penjara ini merupakan pangkalan militer Angkatan Laut di Teluk Guantanamo, Kuba. Banyak warga muslim yang tidak pernah melakukan tindak kejahatan terorisme dipenjarakan tanpa melalui proses pengadilan.
            Salah satunya bernama Mohamedou Ould Slahi. Sebagai warga negara Mauritania, Mohamedou tidak pernah bermimpi menghabiskan belasan tahun hidupnya di sebuah penjara terkejam di dunia.
            Setelah menetap lama di Jerman dan sempat tinggal sejenak di Kanada, Mohamedou memutuskan pulang ke Mauritania. Saat itu Januari 2000, di tengah perjalanan pulang ke Mauritania, Mohamedou sempat ditahan dua kali, sebelum akhirnya dibebaskan pada 19 Februari 2000.
            Saat baru sejenak berkumpul bersama keluarga di tanah kelahirannya, Mohamedou kembali diinterogasi agen FBI selama dua minggu, lalu dibebaskan karena ketiadaan bukti. Namun pada 20 November 2001, dia dijemput kepolisian Mauritania untuk ditanyai lebih lanjut. Sejak itu Mohamedou tidak pernah menghirup udara bebas lagi, sampai kini.
            Mohamedou dikenakan tuduhan berkaitan rencana Plot Milenium (rencana pengeboman bandara Los Angeles di malam tahun baru 2000) serta saat serangan 9 September 2001 terjadi. Dia kembali dituduh sebagai perekrut anggota dalam serangan tersebut. Militer Amerika menuduhnya masih menjadi anggota aktif Al-Qaeda. Berdasarkan masa lalunya tahun 1991 dia sempat bergabung Al-Qaeda (pada saat itu Al-Qaeda masih menjadi sekutu Amerika) untuk melawan pemerintahan komunis di Afganistan.
Aktifitas Mohamedou yang sempat beberapa kali menelepon beberapa orang anggota Al-Qaeda, juga ikut meyakinkan tuduhan tersebut. Namun bukti yang menunjukkan Mohamedou terlibat, tidak pernah ditemukan. Bahkan tahun 2010, setelah meninjau lebih lanjut, seorang hakim federal Amerika, James Robertson, memutuskan agar dia segera dibebaskan. Sayang, pengajuan banding pemerintah Obama membuat putusan itu batal dan mengalami peninjauan ulang sampai saat ini.
            Buku setebal 418 halaman ini ditulis Mohamedou sendiri sepanjang musim panas tahun 2005 dari dalam penjara Guantanamo. Dia memerlukan waktu tujuh tahun agar bisa terbit dan telah melalui sensor ketat militer Amerika lewat 2500 coretan stabilo hitam.
            Para tahanan termasuk Mohamedou sering mengalami penyiksaan, bahkan pelecehan seksual. Dia pernah sesi interogasi tanpa henti selama 24 jam, pelarangan ibadah, sampai ditempatkan di sel isolasi tanpa sinar matahari. Penyiksaan di sana terlalu ekstrim sampai membuat Mohamedou merasa takkan pernah menjadi orang yang sama seperti sebelumnya. (Hal.286)
            Buku telah diterbitkan di 29 negara dan menjadi best seller. Buku sebagai dokumen penting pelanggaran HAM berat AS.

Komentar

  1. menarik. kalo ketemu bukunya, aku bakal beli juga. selalu tertarik dengan kisah2 nyata begini, apalagi ada sejarah kelam di belakangnya... Amerika..amerika.. kdg kupikir negara 1 ini kelewatan parnonya.. -_-

    BalasHapus
  2. Setelah baca sekilas , aku jadi penasaran sama bukunya. Aku seneng baca buku berdasarkan kisah nyata gitu, soalnya bisa Makin Tau bahwa dunia itu punta banyak pemikiran dan hal Hal yang terkadang belum Kita ketahui

    BalasHapus
  3. Badanku ngilu. Membayangkan hidup dari balik jeruji besi, apalagi dengan tuduhan kesalahan yang tidak pernah bisa dibuktikan. Rasanya keadilan cuma omong kosong belaka.

    Tapi terharu, dia berani menuliskan kisahnya dari balik penjara ya. Tentunya butuh keberanian untuk menerbitkan sekaligus keberanian untuk mengungkapkan rasa sakit dari dalam hatinya juga.

    BalasHapus
  4. kapan hari nonton film rendition. udah nonton belum? itu juga tentang orang yg dipaksa mengaku sbg teroris.

    bagus juga ini kalo dijadiin film. nambahi koleksi film penjara guantanamo.

    BalasHapus
  5. Sepertinya buku yang menarik untuk dibaca. Saya baru tahu teryata amerika itu pernah bersekutu dengan Al-Qaeda. Lalu menjadi musuh.

    BalasHapus
  6. Membaca resensi bukunya, ini sangat menarik ya, Mbak Eva. Apalagi ini kisah nyata yang ditulis langsung oleh orangnya yang sendiri mengalami kisah itu. Jadi pastinya sangat detail, dituangkan dengan perasaan penuh. Saya yakin, semua rasa dari penulis, tersampaikan baik ke pembaca. Jadi penasaran ingin membaca bukunya, Mbak.

    BalasHapus
  7. Ya Allah sedih sekaligus serem mba ceritanya. Memang pengadilan Tuhanlah yang jujur dan adil ya. Di dunia ini begitu banyak orang-orang jahat hingga orang baik pun bisa terlihat jahat atau begitu sebaliknya. Aku jadi penasaran sudah berapa tahun ya umur penulis buku ini

    BalasHapus
  8. Sayangnya, America terlalu digdaya, tak ada yang bisa membawa America ke ranah hukum pbb.

    BalasHapus
  9. Astaghfirullah.. Membayangkan dihukum di Guantanamo aja merinding ya mbak. Dan sedihnya atas tuduhan yang tidak dapat dibuktikan dengan jelas. Semoga PBB bisa lebih tegas lagi dalam menyikapi sikap sewenang2 Amerika terhadap HAM seperti ini.

    BalasHapus
  10. Terbayang ya, gimana rasanya hidup bertahun lamanya di dalam penjara. Apalagi kalau sampai sekian tahun kemudian nggak terbukti bahwa dia bersalah.

    Tapi aku salut sama beliau. Berani menuliskan cerita tersebut dari balik jeruji besi. Tentunya butuh kekuatan mental mengungkapkan kebenaran tersebut, belum lagi ada kemungkinan dijegal lebih dulu oleh berbagai pihak sebelum naskahnya benar-benar bisa diterbitkan.

    BalasHapus
  11. Saya punya buku ini, udah lama banget, waktu masih ramai-ramainya penjaga guantanamo disiarkan di mana pun. Baca buku ini kulit rasanya teriris-iris dan tulang berasa mau patah

    BalasHapus
  12. Ironis memang, negara yg paling galak menggaungkan Hak Asasi Manusia, eh malah dia tuh yg memperlakukan narapidana seperti bukan manusia, ckck. Jelas, ini pelanggaran HAM berat AS

    BalasHapus
  13. saya juga pernah lihat buku tentang tentara muslim amerika yang juga dituduh tanpa bukti dan dijebloskan ke penjara, saya ga ingat guantanamo juga apa bukan.
    tapi yahh begitulah, ndak enak hati membahasnya di sini. itu isu senitif.

    BalasHapus
  14. Ya Allah... aku benar2merinding membaca ini. Apalagi membaca bukunya. Pasti akan ngilu di seukuju rtubuh karena aku kalau mendengar orang bercerita tentang luka atau melihat luka, di tempat yang sama akan terasa sakitnya. Hiks.....
    Semoga mereka yang tak bersalah segera bebas, ya Allah....

    BalasHapus
  15. Akutuh suka panas membaca atau menonton kasus kasus tersangka teroris.

    BalasHapus
  16. Mantap nih mbak... Resensinya dimuat di Koran Jakarta. Baca tentang kisah Mohamedou, ngeri ngeri sedap ya mbak....bisa kebawa mimpi habis baca buku ini. Makanya aku jarang banget baca buku tipe tipe begini...

    BalasHapus
  17. Wah keren ulasannya pernah masuk media ya mbak. Bukunya lumayan berat ya mbak tapi bagus buat pengetahuan ttg kisah2 perampasan HAM dan betapa kita gak bisa menutup mata ternyata kejadian itu ada di sekitar kita hiks

    BalasHapus
  18. Ya allah serem yac klo udah berada di dunia penjara. Segalanya terenggut, dan yang ada dunia rimba siapa yang kuat dia yang dapat bertahan.

    BalasHapus
  19. Saya save artikelnya ya mbak, kayaknya bagus banget nih buat bacaan pas liburan ini. Makasih atas reviewnya ya mbak.....

    BalasHapus
  20. Duh baca yang ruang penyiksaann bikin merinding aja nih.Mohamedeu baru tau aq tuh cerita ttg Mohamedeu .. Mks yaaa

    BalasHapus
  21. Resensi ini mengingatkanku pasa sosom Pramoedya. Seorang tahanan politik yang menulis selama mendekam di Pulau Buru

    BalasHapus
  22. Ceritanya miris ya ... kadang hukum itu terkesan tidak adil, saat ada orang yang memberikan bukti seolah-olah dialah yang tertuduh, padahal dia tidak melakuka apa2.

    BalasHapus
  23. Guantanamo memang terkenal banget kejamnya, sampai pernah ada film nya loh, tapi seperti biasa kalau film banyak yang ga sesuai cerita aslinya. Bukunya aku baca nih, jadi pengen baca juga.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alami Gejala Mata Kering, Insto Dry Eyes Solusi Tepat Mengatasinya

Menjaga kesehatan mata kadang sering luput dari prioritas seseorang, termasuk diri ini salah satunya. Kebanyakan orang hanya ingat untuk menjaga kesehatan tubuh dengan berolahraga serta pola makan yang sehat. Padahal ada satu yang sama pentingnya untuk dijaga yaitu mata sebagai panca indera penglihatan. Kalau mata lagi terasa sakit, mata pegal atau mata kemerahan, baru deh terasa betapa pentingnya organ tubuh yang satu ini.  Sebagai seorang freelance writer yang kerjanya lebih sering menatap layar, baik itu layar ponsel ataupun laptop, kadang ada saja momen di mana tiba-tiba mata saya terasa gatal, berair, terasa pedih dan panas atau bahkan kemerahan. Biasanya gejala mata kering akan muncul kalau saya sudah terlalu lama menatap layar saat bekerja. Apalagi di saat deadline tulisan sedang banyak-banyaknya. Gejala Mata Kering Selain beberapa tanda di atas, gejala mata kering umumnya mata akan terasa seperti berpasir, nyeri, mata terasa lelah dan lebih banyak mengeluarkan kotor

Teruntuk One Of My Wishlist, Bersabarlah Sampai Waktunya Treatment NgeZAP Pertamaku di ZAP Clinic

B aru sedetik rasanya saya mengusapkan sunscreen ke wajah, saat si bungsu yang sudah rapi dengan seragamnya berlari mendekat, "Mah.. ayo, berangkat." Saya mengangguk-angguk sambil mengoleskan lipbalm berwarna pink pada bibir, lalu menggamit tangan si kecil, "Yuk, yuk, Mama udah siap."  Tidak ada polesan bedak. Apalagi blush-on merah jambu yang membuat wajah merona. Betapa sederhananya wajah saya tiap mau keluar rumah bahkan saat hendak mengantar anak tiap pagi ke sekolah. Cukup sunscreen dan lipbalm agar bibir tak kering, rasanya sebagai ibu rumah tangga, saya sudah cukup siap menghadapi dunia di luar sana. Uhuukk. Mungkin bagi sebagian orang, dua item andalan saya tadi tidaklah cukup untuk melindungi kulit wajah sehari-hari. Namun setiap orang pastinya punya hal-hal prioritas yang berbeda dalam hidupnya, bukan? Daftar Keinginan Seorang Ibu Meski begitu, saya juga punya sih daftar keinginan tentang hal-hal ataupun beberapa item yang saya inginkan di kemudian hari. S

Apa Rasanya Tidur di Tengah Laut Singapura?

Masih ingat dengan kapal pesiar ikonik di film Titanic yang dibintangi aktor Leonardo Dicaprio?  Saat menonton film itu bertahun-tahun lalu, saya ikut terpesona dengan kemewahan dan kemegahan kapal pesiar di film ini, berbobot 46.328 ton, dengan panjang 259 meter dan tinggi mencapai 53,3 meter, kapal ini seumpama istana terapung dengan segala fasilitas lengkapnya.  Setelah melihat film itu, muncul sedikit keinginan untuk ngerasain liburan di tengah laut di atas kapal pesiar mewah. Sensasinya pasti berbeda dengan gaya liburan sebelum-sebelumnya. Siapapun rasanya juga enggak akan nolak kalau ada kesempatan liburan mewah di kapal pesiar ya, kan. Tapi siapa sangka kesempatan itu datang juga tepat di tahun 2014 lalu. Bos di kantor tempat saya dulu bekerja memberi saya kesempatan untuk memimpin sebuah tur yang beragendakan menginap dan beraktivitas di sebuah kapal pesiar mewah dengan rute Singapura- Malaysia-Singapura. Bersama 3 orang rekan lainnya, pengalaman kerja rasa liburan itu berlangs