Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Konservasi Beradab di Kampung Cidadap

In a world of constant change and streaming technology, I find solace in the forest where a tree remains a tree. Angie Wellard-Crosby Pagi itu cuaca cerah. Dikelilingi deretan perbukitan karst, beberapa orang berjalan santai beriringan. Jalan menanjak berbatu kapur dan semak belukar bukanlah hambatan. Tak terasa hampir 1 jam berjalan kaki, puncak tebing pun mulai terlihat. Pemandangan alam berwarna kehijauan berpadu rona putih khas bebatuan kapur segera menyapa Pak Gugum beserta rombongan dari atas bukit. Hari itu total ada 7 orang wisatawan yang akan menjajal salah satu wisata tak biasa di Bandung Barat ini. Mereka akan menaiki Hammock yang diikat di antara dua tebing dengan ketinggian lebih dari 100 meter di atas tanah. Tebing Hawu semakin terkenal dan banyak dikunjungi.  Pak Gugum Maulana dengan tiga orang instruktur lainnya sudah bersiap dengan seperangkat perlengkapan panjat tebing di tangan. Mereka akan naik Hammock di atas ketinggian 70 meter. Tak ada kepanikan, sela

Rutin Olahraga ; Love & Hate Relationship Journey dan Cerita Melawan Mager

"Hanya perlu 10 menit setiap harinya untuk membangun suatu kebiasaan baik" Quote di atas pernah tak sengaja saya dengar dari sebuah video motivasi di YouTube. Untuk membiasakan sesuatu menjadi kebiasaan yang tiap hari dilakukan, awalnya pasti susah. Dari yang awalnya cuma 10 menit, bisa jadi 20 menit, lalu setengah jam bahkan bisa menjadi satu jam rutinitas setiap harinya.  Hal ini pernah saya rasakan saat awal-awal membiasakan diri rutin berolahraga. Dari gerakan-gerakan kecil sekedar menggerakkan badan, sampai ke challenge workout 30 hari, 50 hari dan seterusnya.  Awalnya memang sangat susah mengajak diri berolahraga. Meski cuma gerakan ringan, kadang melawan mager dan keinginan untuk rebahan, itu yang rasanya bikin beraaat banget buat mengawalinya. Belum rasa sakit dan pegal-pegal yang timbul sesudahnya. Banyak orang akan memilih berhenti dan enggan berolahraga lagi karena ngerasa cuma capek, sakit dan pegal-pegal yang didapat saat awal-awal memulainya. Padahal

Profesi Blogger dan Angin Segar untuk yang Hobi Nulis

.                    Foto : Pexels.com "Mbak, kenapa enggak nyoba buat blog aja? Nembus koran dan majalah memang sulit, tapi bukan berarti hobi nulis harus berhenti, kan?" Seperti semilir angin segar, kalimat itu terucap dari seorang teman baik pada suatu siang, di saat hati saya sedang galau menunggu kabar tulisan yang dikirim ke koran ataupun majalah.  Mandeg atau kurang sabar. Mungkin itu yang dulu saya alami saat berhari-hari tak ada kabar tulisan dimuat ataupun tidak.  Maklum saja saat itu yang saya tahu wadah menulis yang tepat agar tulisan saya bisa dibaca orang lain hanyalah dengan mengirimkannya ke pihak koran ataupun majalah. Dan pastinya dari pihak koran dan majalah pastinya tidak memiliki banyak waktu untuk memberi kabar satu-persatu tentang dimuat atau tidaknya suatu tulisan. Meski saat itu tetap ada beberapa tulisan saya yang sempat dimuat beberapa koran dan majalah. Beberapa juga berhonor, ada juga yang tidak. Tapi tetap saja, harus ekstra sabar unt

Tingkatkan Sosialisasi Kusta Bantu OYPMK Dapatkan Kesetaraan dan Hak Hidup Bermasyarakat

Marsinah Dhede atau yang akrab dipanggil Dhede, seorang aktivis wanita dan difabel sekaligus OYPMK pernah mengalami masa kecil dengan diskriminasi.  Berawal saat di usia sekolah tingkat dasar, ia merasakan gejala berupa ruam merah dan putih pada kulit, dan timbulnya mati rasa di bagian yang terkena. Dokter mendiagnosa ia terkena penyakit Kusta. Sejak itu pula, Marsinah kecil harus menjalani rangkaian pengobatan atau RTF ( Release From Treatment) selama 2 tahun. Ia pun rutin disuntik setiap hari Jumat dan sabar menjalani rutinitas bolak-balik ke puskesmas di desa yang jaraknya cukup jauh dari rumah dengan berjalan kaki. Tapi itu semua telah berlalu dan kini Marsinah benar-benar telah sembuh dari Kusta.  "Di rumah, keluarga sangat merangkul dan mendukung proses kesembuhan saya tapi saat saya melangkah keluar rumah dan bertemu orang-orang, stigma yang berlaku di masyarakat langsung menyapa. Teman-teman sebaya menolak bermain dengan saya, para tetangga seperti menjauh bahk

It's Our Journey; Kembali ke Rumah Masa Lalu, Belajar Nrimo dan Struggle Together Bersama Oreo 110th Birthday Celebration

"Mau enggak mau, sepertinya kita harus balik ke rumah itu lagi, Dek."  Barang-barang sudah di-packing. Kardus-kardus berserakan. Hanya memori yang tertinggal di langit-langit kepala. Lalu sesudahnya, dalam waktu kurang dari seminggu, kami pun pindah ke rumah lain. Toh diskusi panjang kali lebar memang sudah kami lakukan. Kami tak ingin mengeluh tentang apapun, yang hanya akan membuat keadaan jadi lebih berat.  Pandemi memang membuat kita beradaptasi ulang dengan cara masing-masing. Ada yang kehilangan pekerjaan, ada pula yang masih bisa bekerja dari rumah. Ada yang memperjuangkan kesehatannya, tak bisa bertemu keluarga atau bahkan kehilangan nyawa orang-orang tersayang. Dan untuk kami, kami kebagian untuk pindah ke rumah masa lalu dan memulai sebuah usaha baru dari awal. "Bismillahirrahmanirrahim, dimulai dari nol, ya, Dek." Saya mengangguk. Ucapan suami tadi memang benar menggambarkan keadaan kami saat itu. Menguras tabungan demi usaha baru, 'mengen

Jangan Panik Saat Kena PHK, Pengalamanku Dari Pegawai ke Pedagang; Blibli Membantuku Merambah Pasar Online Tanpa Batas

"Semua tur dan tiket di-cancel, Dek. Kantor engga jalan, semua pegawai dirumahkan." Kamis malam, tepatnya di bulan Maret 2020, mantan pacar pulang membawa kabar aduhai, ingin nangis tapi ku enggan, tertawa senang juga bukan waktunya. Kusikapi kabar itu dengan menyodorkan segelas teh hangat yang sedikit ampuh untuk menenangkan hatinya. Saat pandemi datang, yang terburuk memang bisa terjadi. Dan sebagai istri, sedikit banyak aku sudah menyiapkan hati untuk menghadapinya. Toh kehilangan pekerjaan bukanlah segalanya. Daripada merasa gundah dan panik, aku lebih memilih tersenyum dan pantang menyerah menghadapi keadaan.  Optimis, itu yang terpenting untuk saat itu. Sambil bersama-sama suami memikirkan solusi agar dapur bisa terus ngebul dan pengeluaran rutin bulanan tetap bisa terpenuhi.  Tak berlama-lama, kami pun mulai 'berburu', berdiskusi tanpa henti demi solusi untuk memikirkan langkah selanjutnya. Ketika awal-awal pandemi dulu, mencari pekerjaan baru rasan

Sedia Payung Sebelum Hujan ; Asuransi Digital dari Astra Life Berfitur Cashless dengan Pembayaran Manfaat Sesuai Tagihan di ilovelife.co.id

Berdiri di depan konter administrasi rumah sakit, hati saya terkejut melihat nilai tagihan rawat inap si kecil selama 4 malam. Suatu siang yang mendung. Sepuluh tahun lalu, nilai itu sangatlah besar untuk saya, mencapai lima juta, cukup banyak untuk menguras tabungan yang ada.  Diam-diam dan perlahan, riuh suara hujan yang cukup deras turun di hati dan pikiran saya. Tubuh rasanya basah kuyup karena tak ada payung yang melindungi. Mirip dengan suasana hati yang pasrah mengingat isi tabungan yang terkuras banyak untuk membayar biaya rumah sakit. Sempat kepikiran, andai kami punya asuransi saat itu. Dan ternyata memang betul anggapan nikmatnya sehat baru akan terasa ketika seseorang sakit. Saat penyakit datang dan tubuh lemas tak berdaya, kesehatan akan menjadi hal mewah dan sangat berharga. Belum biaya dan tindakan yang harus dilakukan untuk pengobatan. Butuh pengorbanan untuk bisa kembali sehat. Dalam kehidupan sehari-hari, tak sedikit masyarakat yang di masa sehatnya, mala

Enjoy Mencuci dengan Pewangi dan Pelembut Pakaian Molto Korean Strawberry

Jika ditanya pekerjaan apa di rumah yang paling menguras tenaga? Pilihan aku akan jatuh pada urusan mencuci baju dan menyetrikanya. Dua hal ini selain menguras tenaga juga lumayan memakan waktu untuk mengerjakannya. Butuh mood dan tekad kuat agar bisa merengkuh gunungan cucian kotor, dan menjalani prosesnya sampai ia menjadi setumpuk pakaian rapi nan licin yang siap dipakai.  Tapi itu dulu ya, gaes, ya, hehehe. Sekarang dengan dua jurus ini saja, urusan mencuci dan menyetrika bagiku sudah tidak seberat dulu, asal tahu jurus rahasianya.  Jurus Rahasia agar Mencuci dan Menyetrika Lebih Mudah Rumus pertama ini terasa klise tapi lumayan berat untuk dijalani, adalah IKHLAS. Awal-awal masa berhenti bekerja dan mantap menjadi ibu rumah tangga, rasanya dua pekerjaan rumah ini yang paling segan untuk dikerjakan. Didiamkan sebentar, pakaian kotor makin menumpuk. Baru selesai dicuci, pakaian kotor sudah ada lagi, lagi dan lagi. Belum bagian yang menunggu untuk dilipat dan disetrika.  Dulu si ras

Karena Waktu Tak Bisa Diulang ; Bangga dan Bahagia Menjadi Ibu Rumah Tangga

Dulu, saat masih aktif bekerja kantoran dan cuaca hujan, perasaan rindu berada di rumah diam-diam kerap menggelitik relung hati saya sebagai seorang ibu. Bayangan untuk bisa menghabiskan waktu bersama anak, cuddle time diiringi rintik hujan rasanya pasti sangat menyenangkan. Rata-rata ibu bekerja suatu saat pasti pernah merasakan keinginan menemani dan membimbing buah hati di rumah. Hal-hal seperti menyuapi anak makan, mengenalkannya pada kewajiban beribadah, memandikan anak, menemaninya bermain, mengantarnya ke sekolah dan lain sebagainya menjadi aktivitas istimewa bagi saya yang dulu lebih sering duduk bekerja di balik meja, berkutat dengan PC untuk mencari harga tiket pesawat terbaik, melayani para tamu beraneka sifat dengan segala keperluan liburan mereka. Belasan tahun bekerja di industri pariwisata yang super sibuk, akhirnya saya tersadar kebahagiaan terbesar saya adalah di rumah membersamai suami dan anak-anak. Seringnya rengekan putri sulung kami yang merasa kurangnya waktu dan