Langsung ke konten utama

It's Our Journey; Kembali ke Rumah Masa Lalu, Belajar Nrimo dan Struggle Together Bersama Oreo 110th Birthday Celebration

"Mau enggak mau, sepertinya kita harus balik ke rumah itu lagi, Dek." 

Barang-barang sudah di-packing. Kardus-kardus berserakan. Hanya memori yang tertinggal di langit-langit kepala. Lalu sesudahnya, dalam waktu kurang dari seminggu, kami pun pindah ke rumah lain. Toh diskusi panjang kali lebar memang sudah kami lakukan. Kami tak ingin mengeluh tentang apapun, yang hanya akan membuat keadaan jadi lebih berat. 

Pandemi memang membuat kita beradaptasi ulang dengan cara masing-masing. Ada yang kehilangan pekerjaan, ada pula yang masih bisa bekerja dari rumah. Ada yang memperjuangkan kesehatannya, tak bisa bertemu keluarga atau bahkan kehilangan nyawa orang-orang tersayang. Dan untuk kami, kami kebagian untuk pindah ke rumah masa lalu dan memulai sebuah usaha baru dari awal.

"Bismillahirrahmanirrahim, dimulai dari nol, ya, Dek."

Saya mengangguk. Ucapan suami tadi memang benar menggambarkan keadaan kami saat itu. Menguras tabungan demi usaha baru, 'mengencangkan ikat pinggang', bahkan memutuskan untuk hijrah ke suatu tempat.

Sebagai istri, saya harus bisa fleksibel dan mengikuti ke manapun suami pergi dan mendukungnya dalam setiap keadaan. Terus terang saja, agar bisa kembali ke rumah itu lagi adalah sebuah pilihan yang sulit namun memang harus kami jalani dengan lapang dada atau nrimo istilah lainnya.

Rasanya sangat berat harus meninggalkan rumah kami sebelumnya yang letaknya strategis di kota, yang meski berukuran lebih kecil tapi terasa sangat nyaman dan ayem. Posisinya yang berdekatan dengan orang tua dan kakak saya, menjadi nilai lebih kami betah tinggal di rumah itu. Tetangganya sudah melebihi saudara tapi toh kami harus tetap pergi meninggalkan rumah itu karena hidup harus terus berjalan. Kami harus beradaptasi ulang dan kembali ke rumah masa lalu kami di pinggiran kota.

Beradaptasi untuk Bertahan Hidup

Setiap perubahan, di awal-awal pastinya butuh pengorbanan. Perbedaan lokasi, rutinitas dan lingkungan di awal-awal perpindahan kami cukup struggle untuk dijalani.

Atap yang bocor, pagar berkarat, dan dinding yang gompal di beberapa titik. Saya tersenyum, mencoba legowo mendapati rumah yang sempat kami sewakan beberapa lama itu, telah mengalami perubahan setelah dipakai oleh pihak lain. 

"Pelan-pelan nanti kita rapikan," ucap suami sambil menyeruput segelas teh hangat. Perkakas rumah sudah selesai diangkut. Mulai malam itu dan seterusnya, inilah rumah tempat kami berpulang entah sampai kapan.

Dan nyatanya, semua makhluk hidup harus bisa beradaptasi demi bertahan hidup. Binatang, tumbuhan bahkan manusia pasti pernah mengalami beradaptasi di lingkungannya dengan cara masing-masing. 

Dan sekarang saat saya tengah menulis ini, genap 2 tahun sudah kami menempati rumah ini lagi. Rumah yang dulu kami tinggalkan karena lokasinya yang terlalu jauh dari kantor dulu tempat suami bekerja. Lamat-lamat terdengar adzan Subuh berkumandang. Burung-burung minta dimandikan, sayur mayur menunggu diolah untuk dimakan. 

Keluar dari Zona Nyaman dan Menjalani Rutinitas Baru

Tak terasa waktu terbang begitu cepat.
Sebelum ayam berkokok, kami sudah bersiap dengan kesibukan masing-masing. Usai mendirikan shalat subuh, saya sudah sibuk di dapur membuat sarapan, menyiangi sayur mayur lalu memasaknya bersama lauk pauk untuk dimakan seharian. Sementara suami mengurus burung-burung kesayangannya yang ramai berceloteh. Bahkan hewan-hewan itu pun sabar mengantri mandi, diberi makan dan dibersihkan kandangnya, rutin, setiap hari sebelum suami pergi menuju 'kantor' tempat ia menjemput rezeki.

Sebelum pukul delapan pagi, kami pun siap pergi ke tujuan masing-masing. Saya dan si bungsu siap berangkat ke TK untuk sekolah, sedangkan suami siap menuju tempat di mana ia akan berada seharian sampai tenggelamnya senja.

Kalau dipikir-pikir lagi, kegiatan kami setiap hari sangatlah padat. Padahal kami sudah tidak bekerja kantoran lagi seperti dulu. Yang harus pergi pagi, pulang malam. Merasa sangat kurang meluangkan waktu kebersamaan. Namun, nyatanya setelah kami terbebas dari pekerjaan di 'balik meja', rasanya tetap saja waktu 24 jam begitu cepat berlalu. Saya yang kini lebih banyak di rumah, sibuk antar jemput anak sekolah, harus urus rumah dan memasak biar lebih hemat, ditambah sesekali membantu suami berdagang di toko, kadang suka merasa tahu-tahu sudah sore saja. Magrib pun datang, sebentar lagi Pak Suami pulang, yeayy waktu yang ditunggu akhirnya tiba. 

Dan memutuskan keluar dari zona nyaman, nyatanya setelah dijalani dan mulai terbiasa, tak seberat apa yang dibayangkan. Jauh dari orang tua, lama-lama saya jadi terbiasa, mungkin Allah ingin melihat saya lebih mandiri tanpa harus seringkali meminta bantuan mereka dalam hal mengurus anak. Memang momen kebersamaan dengan orang tua kerap saya rindukan. Tapi setidaknya saya masih bisa bertemu orang tua meski tak sesering dulu. Lagipula di sini kami juga punya sanak saudara, yang tali silaturahminya jadi lebih erat sejak kepindahan kami. Toh selalu ada hal positif dan hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian, bukan?

We Time yang Dinanti; Cara Kami Melepas Lelah Bareng Oreo 110th Birthday Celebration

Entah dimulai sejak kapan, sekarang, hampir setiap malam, kami memiliki kebiasaan baru yang mampu menambah kedekatan satu sama lain. Sambil ngobrol dan bercanda bareng, segelas susu hangat dan cemilan sederhana kesukaan jadi teman setia. Tak perlu bujet mahal untuk dua hal ini. Tak disangka malah bisa menambah hangat suasana hati kami yang seharian lelah dengan tugas masing-masing. 

Pak suami paling suka segelas susu coklat hangat. Si bungsu, paling suka cemilan berbentuk biskuit dengan krim rasa, seperti Oreo contohnya. Dan kalau saya, apapun jadi yang penting nyemil 😁. Sedangkan anak sulung kami, kalau si kakak lagi pulang liburan dari pesantren dan sedang ada di rumah, sama seperti adiknya, dia paling suka ngemil Oreo sampai kadang biskuit terakhir jadi rebutan oleh mereka. 

Dan malam ini, ada yang lebih spesial dari malam sebelumnya untuk cemilan yang akan kami makan. Sampai-sampai saat saya perlihatkan kemasannya, si kecil sudah tidak sabar untuk segera memakannya. Karena Oreo sebagai biskuit kesukaan anak-anak kami baru aja merayakan #UlangTahunOreo ke-110, dan untuk lebih meriah, Oreo mengeluarkan produk baru varian spesial ulang tahun yaitu Oreo “Birthday Cake Flavor” dengan tampilan kemasan menarik dan bertabur sprinkle warna-warni di dalam biskuitnya. 

Dalam sekejap, sebungkus Oreo “Birthday Cake Flavor” berisikan 13 keping biskuit di dalamnya pun ludes kami makan bersama-sama. Rasa manisnya juga pas di lidah, enggak berlebihan atau terlalu manis gitu. Pantas aja sih kalau Oreo yang diproduksi oleh Mondelez Indonesia jadi biskuit ikonik dan favorit banyak orang di lebih dari 100 negara diseluruh dunia. Biskuit ini baru hadir di Indonesia pada tahun 1994 dan dengan cepat menjadi salah satu biskuit pilihan yang memiliki tempat istimewa di hati keluarga Indonesia. Mulai anak-anak sampai orang dewasa menyukai biskuit ini. 

Cara khas untuk menikmati biskuitnya juga sering kami lakukan bersama-sama, diputar, dijilat, lalu dicelup ke segelas susu hangat di hadapan. Jadi nambah seru acara ngemil bersama kami di malam hari.

Yang lebih meriahnya lagi, selain ngeluarin rasa baru spesial ulang tahun, Oreo juga meluncurkan AR Instagram Filter yang bisa dicoba bersama keluarga. Fiturnya yang Augmented Reality membuat kami merasa sedang meniup sebuah kue ulang tahun dengan lilin berjumlah 110. Seru dan membuat kami tertawa bersama saat mencobanya, berusaha meniup lilin pada kue agar kesemua lilinnya mati. Yeayyy, akhirnya lilin-lilin itu pun mati juga dan jika beruntung, kami pun bisa dapat kiriman paket hadiah dari Oreo. Wah.. boleh dong satu dikirim ke rumah saya hihihihi. 

Keseruan kami bermain filter AR Oreo

Lebih lanjut lagi, di edisi spesial ulang tahun ke-110 ini, Oreo juga bekerja sama 
dengan beberapa F&B merchant ternama. Salah satunya dengan Bitter Sweet by Najla berupa dibuatnya varian khusus dessert box bertajuk Cookies and Cream Special Anniversary yang didominasi warna hitam dan putih sebagai ciri khas Oreo. Selain itu pula, Oreo bersama dengan GrabFood menghadirkan jajanan spesial Oreo dari tanggal 27 Juli - 3 Agustus 2022 sekaligus meluncurkan merchandise eksklusif edisi ultah Oreo ke-110 yang bisa didapat di Tokopedia. Boleh juga nih merchandise-nya diborong dan dipakai bareng keluarga.

Dan sebagai #WishOreo110 dari kami, semoga di #UlangTahunOreo ke-110 ini, Oreo semakin lekat di hati para penikmatnya, mulai anak-anak hingga orang dewasa dan bisa menjadi biskuit pilihan setiap keluarga untuk dinikmati bersama setiap kali ada kesempatan kumpul keluarga. 

Yeayy.. yeayyy.. selamat ulang tahun Oreo, terima kasih karena telah menghangatkan hati dan menemani malam ngemil bersama kami di rumah masa lalu yang menjelma rumah kami saat ini. 

Struggle demi adaptasi di lingkungan baru bersama keluarga pun jadi lebih ringan dengan hal-hal sederhana seperti di atas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Hujan Kembali Datang, Waspadai DBD dan Gejalanya

Musim hujan kembali datang.. brrr dingin dan mager, itu yang sering terlintas di kepala saya tiap kali teringat tentang musim hujan. Tapi faktanya mam, selain hawa dingin yang bikin mager, ternyata hujan yang turun terus menerus dan genangan air sesudahnya di sepanjang jalan, bisa menjadi surga loh untuk nyamuk berkembang biak dengan leluasa. Hal ini pula yang menyebabkan penyebaran DBD banyak terjadi saat musim hujan. Biasanya bagi kebanyakan orang, termasuk saya pun kalau sering kehujanan, kondisi tubuh pun menjadi tidak fit. Nah saat imun tubuh berkurang, saat itulah si virus DBD ini masuk menyerang tubuh kita. Karena sistem imun tubuh pada anak-anak belum sempurna, hal ini juga yang menyebabkan penyakit DBD lebh sering menyerang pada anak. Nyamuk Aedes Aegypti (foto:wikipedia.com) DBD itu sendiri adalah kepanjangan dari Demam Berdarah Dengue yang disebabkan oleh infeksi virus DBD di tubuh kita yang disebarkan lewat gigitan nyamuk betina jenis Aedes Aegypti. Gejala DBD p...

Guantanamo Diary- Diari Terampasnya HAM Seorang Napi

Secara tidak sengaja, buku ini awalnya saya comot begitu saja saat tak sengaja melihatnya di sebuah rak buku di sebuah toko buku besar di pusat perbelanjaan tak jauh dari rumah.  Pertimbangan saya saat itu hanya menilik lewat kover buku yang berwarna cerah dan blurb yang menyentak di bagian belakang buku. Dan setelah membacanya, saya langsung terhanyut dengan kisah yang dialami sang penulis-Mohamedou Ould Slahi- yang nyatanya sampai saat ini pun dirinya tak pernah menyangka dipaksa mendekam di dalam penjara terkejam di dunia-Guantanamo. Tanpa berbuat kesalahan apapun, ia menjadi tertuduh anggota teroris oleh Amerika. Miris namun begitu banyak hikmah yang terkandung di buku ini. Saat membacanya, hati saya ikut gelisah yang akhirnya saya tuangkan ke dalam sebuah tulisan dan Alhamdulillah dimuat di  Koran Jakarta, 15 Nov 2016. Berikut ulasannya. Kesaksian dari Neraka Guantanamo Judul Buku    : Guantanamo Diary Penulis   ...

Resensi Buku Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir ; Menghindari Sikap Lalai dan Kesia-siaan Hidup

Judul       : Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir Penulis    : Riawani Elyta & Risa Mutia Penerbit  : Quanta Cetakan   : 2019 Tebal       : 234 halaman ISBN       : 978-623-00-0386-8 Disadari atau tidak, gaya hidup hedonisme merebak secepat pertumbuhan jamur di musim hujan. Pesatnya kemajuan teknologi berimbas pada jumlah pemakai sosial media yang meningkat drastis ikut berperan dalam perkembangan gaya hidup konsumtif berlebihan dan menonjolkan kepuasan duniawi semata. Jika tidak diimbangi dengan kecerdasan rohaniah, tentunya banyak manusia akan terjerumus pada kemilau dunia yang sifatnya sesaat. Karena sesungguhnya, dunia ini hanyalah setetes air. Kalau kau tak dapat, jangan sedih, karena yang tak kau dapat hanya setetes. Dan kalau kau dapat, jangan bangga, karena yang kau dapat hanya setetes (hal.61). Melalui buku ini, penulis mengajak pembacanya agar tidak lalai menyikapi k...