Langsung ke konten utama

The Professor Band ; Keseimbangan Antara Hobi dan Profesi

Saat mendengar kata profesor, kebanyakan orang termasuk saya akan terbayang pada sosok pribadi yang serius, cerdas dan tentunya berpendidikan tinggi.

Kata profesor itu pula menurut KBBI dan Wikipedia merupakan jabatan tertinggi yang didapat oleh seorang dosen di suatu universitas dan dosen tersebut telah melakukan penilitian dalam bidang ilmu yang dikuasainya. Sudah tentu jikalau dalam kesehariannya, seorang profesor akan lebih banyak mengandalkan otak kiri untuk menuntaskan pekerjaannya sebagai pakar pada bidang ilmu tertentu.

Lalu bagaimana dengan otak kanan yang jarang digunakan untuk bekerja sehari-hari?
Padahal idealnya otak kiri dan otak kanan haruslah digunakan secara seimbang agar seseorang bisa berinteraksi secara optimal. Orang yang penggunaan otak kanan dan otak kirinya seimbang, maka orang tersebut akan menjadi pribadi yang cerdas sekaligus pandai bersosialisasi.

Hal ini pula yang menjadi filosofi terbentuknya The Professor Band. Band yang beranggotakan para profesor ini bermain musik guna menyeimbangkan kinerja otak kanan dan kiri, membiasakan sikap tidak egois karena bermusik haruslah seirama agar terdengar indah, membuat awet muda karena menyenangkan sekaligus memberi pesan pada para mahasiswa bahwa bermain, belajar dan bermusik itu sama pentingnya.




Nah, tepatnya Jumat, 27 juli lalu, saya berkesempatan menonton konser The Professor Band dengan tema Tribute to Koes Plus & Panbers. Rasanya senaang syekali apalagi saya termasuk penyuka segala hal yang berbau klasik, semacam rumah tua dan arsitekturnya, benda-benda antik termasuk juga lagu-lagu lama keluaran  tahun 80 dan 90-an. Tentunya bernyanyi sambil nostalgia dengan lagu-lagu lawas di sebuah konser, menjadi satu hal yang cukup saya tunggu.



Profil The Professor Band

Pada awalnya The Professor Band terbentuk untuk menjembatani mahasiswa dengan para profesor dalam suatu acara di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik pada tahun 2003 silam. Pada acara itu, para dosen bermain musik dan para mahasiswa boleh menyanyi dan berdansa. Tahun berikutnya, band ini diminta bermain dalam acara Badan Eksekutif Mahasiswa. Setelah itu, para anggotanya sepakat melanjutkan hobi bermusik mereka karena merasa nyaman dan terhibur.

Di usianya yang menginjak 15 tahun, The Professor Band berhasil mendapatkan beberapa prestasi di antaranya mendapat rekor MURI sebagai pemegang rekor band dengan anggota profesor terbanyak (saat itu beranggotakan 12 profesor). Pada tahun 2015 band ini juga mengeluarkan album bertajuk Seribu Satu Malam yang mengusung lagu-lagu ciptaan sang legendaris Ismail Marzuki.

Selain di lingkungan UI, The Professor Band pun pernah tampil dalam beberapa event nasional seperti Jakarta Jazz Festival dan Java Jazz Festival juga memenuhi undangan bermain musik di Belanda dan India.


Dan Konser pun Dimulai

Untuk konser kali ini bertempat di Makara Art Centre Universitas Indonesia. Konser dimulai pukul 4 sore dan berlangsung selama 2 jam. Konser sore itu bertujuan agar The Professor Band berperan aktif ikut serta melestarikan lagu-lagu Indonesia pop klasik ditengah menjamurnya lagu-lagu pop sekarang yang begitu cepat melejit namun mudah dilupakan.

Sambutan dari ketua band, Prof. DR. Paulus Wirutomo, Msc.


Setelah mendengarkan sedikit sambutan dari perwakilan pihak Universitas Indonesia yang disambung dengan sambutan dari ketua band, yaitu Bapak Prof. DR. Paulus Wirutomo, Msc, tak lama alunan lagu nan harmonis pun mulai terdengar.




The Professor Band begitu piawai membawakan nada per nada mulai dari lagu pembuka "Muda Mudi" sampai ke lagu penutup yaitu "Bujangan." Kedatangan personel Koes Plus, Bapak Yok Koeswoyo menambah semarak suasana. Di penghujung acara, semua penonton berdiri seraya menyanyikan lagu bersama-sama.

Suasana konser makin semarak dengan kehadiran Pak Yok Koeswoyo (berkemeja putih)


Setelah acara usai, berlangsung sesi tanya jawab antara para blogger dan personel The Professor Band yang diakhiri dengan sesi foto bersama.

Sesi tanya jawab bersama beberapa personel The Professor Band

Sesi foto bareng antara blogger dan para personel The Professor Band

Tak lupa saya dan juga teman-teman lainnya mendapat kenang-kenangan berupa kepingan CD album The Professor Band berjudul Seribu Satu malam.  Betul-betul sebuah momen yang tak terlupakan.

Kepingan CD album Seribu Satu Malam


Narsis bersama banner konser The Professor Band :D



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alami Gejala Mata Kering, Insto Dry Eyes Solusi Tepat Mengatasinya

Menjaga kesehatan mata kadang sering luput dari prioritas seseorang, termasuk diri ini salah satunya. Kebanyakan orang hanya ingat untuk menjaga kesehatan tubuh dengan berolahraga serta pola makan yang sehat. Padahal ada satu yang sama pentingnya untuk dijaga yaitu mata sebagai panca indera penglihatan. Kalau mata lagi terasa sakit, mata pegal atau mata kemerahan, baru deh terasa betapa pentingnya organ tubuh yang satu ini.  Sebagai seorang freelance writer yang kerjanya lebih sering menatap layar, baik itu layar ponsel ataupun laptop, kadang ada saja momen di mana tiba-tiba mata saya terasa gatal, berair, terasa pedih dan panas atau bahkan kemerahan. Biasanya gejala mata kering akan muncul kalau saya sudah terlalu lama menatap layar saat bekerja. Apalagi di saat deadline tulisan sedang banyak-banyaknya. Gejala Mata Kering Selain beberapa tanda di atas, gejala mata kering umumnya mata akan terasa seperti berpasir, nyeri, mata terasa lelah dan lebih banyak mengeluarkan kotor

Teruntuk One Of My Wishlist, Bersabarlah Sampai Waktunya Treatment NgeZAP Pertamaku di ZAP Clinic

B aru sedetik rasanya saya mengusapkan sunscreen ke wajah, saat si bungsu yang sudah rapi dengan seragamnya berlari mendekat, "Mah.. ayo, berangkat." Saya mengangguk-angguk sambil mengoleskan lipbalm berwarna pink pada bibir, lalu menggamit tangan si kecil, "Yuk, yuk, Mama udah siap."  Tidak ada polesan bedak. Apalagi blush-on merah jambu yang membuat wajah merona. Betapa sederhananya wajah saya tiap mau keluar rumah bahkan saat hendak mengantar anak tiap pagi ke sekolah. Cukup sunscreen dan lipbalm agar bibir tak kering, rasanya sebagai ibu rumah tangga, saya sudah cukup siap menghadapi dunia di luar sana. Uhuukk. Mungkin bagi sebagian orang, dua item andalan saya tadi tidaklah cukup untuk melindungi kulit wajah sehari-hari. Namun setiap orang pastinya punya hal-hal prioritas yang berbeda dalam hidupnya, bukan? Daftar Keinginan Seorang Ibu Meski begitu, saya juga punya sih daftar keinginan tentang hal-hal ataupun beberapa item yang saya inginkan di kemudian hari. S

Apa Rasanya Tidur di Tengah Laut Singapura?

Masih ingat dengan kapal pesiar ikonik di film Titanic yang dibintangi aktor Leonardo Dicaprio?  Saat menonton film itu bertahun-tahun lalu, saya ikut terpesona dengan kemewahan dan kemegahan kapal pesiar di film ini, berbobot 46.328 ton, dengan panjang 259 meter dan tinggi mencapai 53,3 meter, kapal ini seumpama istana terapung dengan segala fasilitas lengkapnya.  Setelah melihat film itu, muncul sedikit keinginan untuk ngerasain liburan di tengah laut di atas kapal pesiar mewah. Sensasinya pasti berbeda dengan gaya liburan sebelum-sebelumnya. Siapapun rasanya juga enggak akan nolak kalau ada kesempatan liburan mewah di kapal pesiar ya, kan. Tapi siapa sangka kesempatan itu datang juga tepat di tahun 2014 lalu. Bos di kantor tempat saya dulu bekerja memberi saya kesempatan untuk memimpin sebuah tur yang beragendakan menginap dan beraktivitas di sebuah kapal pesiar mewah dengan rute Singapura- Malaysia-Singapura. Bersama 3 orang rekan lainnya, pengalaman kerja rasa liburan itu berlangs