Langsung ke konten utama

Merekam Kenangan Silaturahim di Jambi Bersama OYO Hotels Indonesia


Berlibur. Yaps, siapapun pastinya akan senang ya saat waktu berlibur datang. Karena berlibur bisa menyegarkan isi kepala dan membuat diri semangat lagi menjalani rutinitas harian. Kenangan saat berlibur tentunya akan menjadi satu hal yang akan selalu diingat.

Nah, tepatnya tahun 2015 lalu, saya bersama keluarga yaitu orang tua, suami, anak pertama serta kakak pertama saya berkesempatan liburan sekaligus silaturahmi keluarga ke kota Jambi. Ini pertama kalinya saya menjejak tanah Sumatera. Hmmm... senang rasanya, akhirnya saya bisa sowan ke pulau yang satu ini.



Berangkat Jumat pagi menggunakan pesawat, kami dijemput di bandara Sultan Thaha oleh seorang kerabat (kakak sepupu saya yang jarang sekali bertemu). Kak Mila, wanita gesit dan tangguh ini menyetir mobil sendiri, meluangkan sedikit waktu untuk menjemput kami di tengah jam kerjanya yang sibuk.

Mobil meluncur mulus di jalan raya, tanpa macet, tanpa drama. Rumah Kak Mila terletak di pusat kota Jambi. Dari bandara, hanya menempuh 20 menit perjalanan untuk sampai di sana. Hari pertama, kami hanya pergi bersilaturahim ke rumah Uwak (kakak Ibuku). Sisanya dipakai untuk beristirahat sambil kumpul-kumpul dan berkenalan antara keluarga besar Jambi yang memang jarang banget bertemu.

Keesokan harinya, menggunakan 2 mobil kami pergi menuju kompleks Candi Muaro Jambi. Jaraknya sekitar 1 jam perjalanan saja dari rumah saudaraku berada. Menjelang Zuhur, kami tiba di kompleks candi yang begitu luas. Harga tiket masuknya sebesar Rp 5.000,- dan kompleks percandian ini terletak di kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, dan merupakan sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha  terluas di Asia Tenggara. Luas tanahnya mencapai 3981 hektar.

Candi Kembar, salah satu candi di kompleks candi Muaro Jambi (foto:dokpri)


Foto bersama keluarga di Jambi (dokpri)
Foto ala-ala (dokpri)



Sebelum masuk lebih jauh ke kompleks candi, kami menyempatkan shalat Zuhur terlebih dahulu di mushola yang terletak tak jauh dari pintu masuk. Setelah shalat, kami mulai berjalan dan menemukan sebuah rumah panggung besar yang memang disediakan bagi para pengunjung untuk makan siang sambil bercengkerama. Di sini pertama kalinya saya mencicip menu masakan Tempoyak Ikan Patin. Rasanya, hmm lezat, tapi karena belum terbiasa, lidah saya lebih memilih untuk makan daging durian langsung dari buahnya seperti biasa.

Rumah panggung tempat kami makan itu, dikelilingi pohon-pohon durian yang tinggi menjulang. Sayang sekali saat itu belum masuk masa panen. Hanya kembang duriannya saja yang jatuh bertebaran di sepanjang jalan. Di Jambi, tidak ada orang yang berniat mengambil kembang durian yang berjatuhan. Padahal kalau di Jakarta, dulu saat tanah lapang masih banyak dan pohon durian masih gampang ditemukan, setiap pagi seusai Subuh, orang-orang di sekitar rumah orang tua saya rela berdiri di bawah pohon untuk mengumpulkan kembang durian segar yang baru saja jatuh ke tanah untuk selanjutnya dimasak menjadi penganan yang lezat. Kalau sekarang, saat tanah lapang jauh berkurang dan pohon durian sangat jarang ditemukan, kembang durian beralih menjadi barang dagangan dengan harga jual cukup mahal per kilogramnya.

Baca juga : Cerpen "Kembang Durian" di media yang terinspirasi dari tempat ini

Makan siang bersama di kelilingi pohon durian (foto:dokpri)


Setelah acara makan siang selesai, kami lanjut berkeliling kompleks Candi Muaro Jambi yang sangat luas, tak lupa sekalian mengambil foto bersama. Selain luas, kompleks candi ini tampak unik karena semua candinya terbuat dari susunan batu bata merah. Beberapa candi letaknya amat berjauhan dan hanya bisa ditempuh dengan naik motor atau bersepeda. Saya pun ikut memanfaatkan momen dengan bersepeda keliling kompleks candi bareng suami. Tarifnya sebesar Rp 10.000/jamnya.

Sepulang dari candi, karena salah satu dari kami (keluarga dari Jakarta) sempat berucap dirinya masih terbayang pada pohon-pohon durian yang tak berbuah di sekeliling candi, kakak sepupu saya mengajak kami mampir ke penjual durian di pinggir jalan. Buah-buah durian itu datang dari Palembang. Harganya cukup murah, dengan uang 200 ribu rupiah, kami sudah dapat 8 buah durian berukuran besar untuk dibawa pulang. Rasanya pun maniss dan seakan buah durian itu tak kunjung habis meski sudah dimakan beramai-ramai.

Sepedaan berdua karena si kakak lagi sibuk main dengan para sepupunya (foto:dokpri)


Malam harinya, kami jalan-jalan lagi satu kawasan yang sering disebut "Ancolnya Jambi," duduk-duduk di pinggir sungai Batang Hari sambil makan jagung bakar ditemani segelas es tebu. Malam minggu di sana terasa berbeda dan semarak. Tak lupa kami berjalan menyusuri jembatan pedestrian Gentala Arasy sepanjang 540 meter, berjalan sampai ke menaranya sambil menikmati kelap-kelip lampu dan sesekali berfoto mengabadikan kenangan.

Gentala Arasy di malam hari (foto :dokpri)


Foto bareng di jembatan pedestrian Gentala Arasy (foto:dokpri)

Dan hari Minggu pun tiba. Di hari terakhir kami di Jambi, kami lebih banyak berkumpul di rumah mengingat sorenya kami sudah harus kembali ke Jakarta. Menjelang siang, kami menyempatkan pergi sebentar ke toko pusat oleh-oleh khas Jambi untuk berbelanja Empek-empek, kerupuk ikan, dan lain sebagainya. Tak terasa sore menjelang, kami pun sudah harus berangkat ke bandara. Segenap keluarga besar Jambi mengantar dan menunggu di bandara sampai pesawat yang delay datang. Kebetulan saya dan keluarga sudah check-in sebelumnya dan kami bisa memanfaatkan waktu yang sedikit itu untuk mengobrol dan bercanda bersama. Perpisahan diwarai dengan isak tangis dan kehangatan. Acara dolan kali ini benar-benar berkesan dan tak terlupakan.

Kembali ke Jambi ; Lagi


Nah... jika suatu hari saya berkesempatan lagi pergi ke Jambi, saya enggak akan nolak mengingat sambutan keluarga di sana begitu hangat. Tapi sekali waktu saya ingin mencoba menginap di tempat lain semisal hotel atau wisma dan memberi kejutan pada keluarga di sana dengan kedatangan saya yang tanpa berkabar sebelumnya. Untuk pilihan hotel di Jambi, saya akan memesannya melalui OYO Hotels Indonesia. Lewat OYO Hotels Indonesia, saya bisa mendapat penawaran berbagai hotel di  Jambi dengan harga murah. Tambah senang lagi, jika saya bisa dapat voucher diskon dari OYO sebesar 70 %. Keren banget kan OYO Hotels Indonesia ini, diskonnya pun enggak main-main.

Apalagi sekarang, di Jambi banyak tempat wisata baru kekinian yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Beberapa tempat wisata yang ingin saya kunjungi seperti :

1. Jambi Paradise
    Ini tempat wisata kekinian di Jambi. Di sini saya bisa bermain-main di taman labirin, menjajal naik flying fox, naik perahu berkeliling danau buatan, bersepeda ataupun sekedar duduk-duduk santai di gazebo sambil makan dan menyeruput segelas es kelapa.

2. Bukit Ngarau Merangin
    Dari info yang saya dapat, dari sini kota Jambi bisa dilihat dari sudut yang berbeda. Dari ketinggian, pemandangan lanskap kota Jambi dan kota-kota sekitarnya akan terlihat sangat cantik.

Makan duren bareng di pinggir jalan pusat kota Jambi (foto:dokpri)


3. Taman Rimba Zoo Jambi
     Di sini saya bisa mengajak anak-anak mengenal berbagai binatang dan merasakan sensasi berbeda mengunjungi kebun binatang di luar kota Jakarta.

4. Taman Wisata Kampoeng Radja 
    Di Kampoeng Radja, ada 16 macam wahana permainan mulai dari Paintball, Regular dan Ekstrem Flying Fox, Kiddy Land, Gokart, Mobil Buggi dan masih banyak wahana lainnya. 

5. Danau Sipin
    Ingin melepas lelah dengan tempat wisata bernuansa alami? Danau Sipin pas untuk dijadikan pilihan. Di sini, saya bisa naik perahu sambil berkeliling danau yang berisi banyak keramba ikan milik penduduk setempat. Setelah puas naik perahu, saya pun bisa membeli ikan segar dari keramba yang dijajakan di sekitar danau.

6. Gunung Kerinci
    Hmm... semoga ada umur dan rezeki untuk bisa mendaki gunung ini. Meski jaraknya cukup jauh dari pusat kota Jambi, sekitar 12 jam perjalanan darat, rasanya amat sayang bagi yang hobi mendaki dan melewatkan gunung eksotis satu ini. Dengan tinggi mencapai 3.805 mdpl, gunung ini merupakan gunung tertinggi di pulau Sumatera.

Dan masih banyak tempat wisata lainnya di Jambi yang ingin saya kunjungi tentunya sambil menginap di OYO Hotels Indonesia. Dan Jambi, saya akan kembali. Lagi.



Komentar

  1. waaah aku ngebayangin duriannya mbaa.. murah banget dan bisa dpt 8 :o.. jd kangeeeen makan durian sumatra. kalo dr segi rasa, aku lbh suka durian sumatra memang, drpd jawa. lbh legit dan manis :).

    pengen jg sesekali ke jambi. aku denger kulinernya ga kalah enak. pempek jambi aku memang blm coba lgs di saba, tp pernah dibawain temen yg org jambi. di situ br tau kalo pempek itu ga hanya dr palembang :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Hujan Kembali Datang, Waspadai DBD dan Gejalanya

Musim hujan kembali datang.. brrr dingin dan mager, itu yang sering terlintas di kepala saya tiap kali teringat tentang musim hujan. Tapi faktanya mam, selain hawa dingin yang bikin mager, ternyata hujan yang turun terus menerus dan genangan air sesudahnya di sepanjang jalan, bisa menjadi surga loh untuk nyamuk berkembang biak dengan leluasa. Hal ini pula yang menyebabkan penyebaran DBD banyak terjadi saat musim hujan. Biasanya bagi kebanyakan orang, termasuk saya pun kalau sering kehujanan, kondisi tubuh pun menjadi tidak fit. Nah saat imun tubuh berkurang, saat itulah si virus DBD ini masuk menyerang tubuh kita. Karena sistem imun tubuh pada anak-anak belum sempurna, hal ini juga yang menyebabkan penyakit DBD lebh sering menyerang pada anak. Nyamuk Aedes Aegypti (foto:wikipedia.com) DBD itu sendiri adalah kepanjangan dari Demam Berdarah Dengue yang disebabkan oleh infeksi virus DBD di tubuh kita yang disebarkan lewat gigitan nyamuk betina jenis Aedes Aegypti. Gejala DBD p...

Guantanamo Diary- Diari Terampasnya HAM Seorang Napi

Secara tidak sengaja, buku ini awalnya saya comot begitu saja saat tak sengaja melihatnya di sebuah rak buku di sebuah toko buku besar di pusat perbelanjaan tak jauh dari rumah.  Pertimbangan saya saat itu hanya menilik lewat kover buku yang berwarna cerah dan blurb yang menyentak di bagian belakang buku. Dan setelah membacanya, saya langsung terhanyut dengan kisah yang dialami sang penulis-Mohamedou Ould Slahi- yang nyatanya sampai saat ini pun dirinya tak pernah menyangka dipaksa mendekam di dalam penjara terkejam di dunia-Guantanamo. Tanpa berbuat kesalahan apapun, ia menjadi tertuduh anggota teroris oleh Amerika. Miris namun begitu banyak hikmah yang terkandung di buku ini. Saat membacanya, hati saya ikut gelisah yang akhirnya saya tuangkan ke dalam sebuah tulisan dan Alhamdulillah dimuat di  Koran Jakarta, 15 Nov 2016. Berikut ulasannya. Kesaksian dari Neraka Guantanamo Judul Buku    : Guantanamo Diary Penulis   ...

Resensi Buku Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir ; Menghindari Sikap Lalai dan Kesia-siaan Hidup

Judul       : Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir Penulis    : Riawani Elyta & Risa Mutia Penerbit  : Quanta Cetakan   : 2019 Tebal       : 234 halaman ISBN       : 978-623-00-0386-8 Disadari atau tidak, gaya hidup hedonisme merebak secepat pertumbuhan jamur di musim hujan. Pesatnya kemajuan teknologi berimbas pada jumlah pemakai sosial media yang meningkat drastis ikut berperan dalam perkembangan gaya hidup konsumtif berlebihan dan menonjolkan kepuasan duniawi semata. Jika tidak diimbangi dengan kecerdasan rohaniah, tentunya banyak manusia akan terjerumus pada kemilau dunia yang sifatnya sesaat. Karena sesungguhnya, dunia ini hanyalah setetes air. Kalau kau tak dapat, jangan sedih, karena yang tak kau dapat hanya setetes. Dan kalau kau dapat, jangan bangga, karena yang kau dapat hanya setetes (hal.61). Melalui buku ini, penulis mengajak pembacanya agar tidak lalai menyikapi k...