Langsung ke konten utama

Apa Rasanya Tidur di Tengah Laut Singapura?

Masih ingat dengan kapal pesiar ikonik di film Titanic yang dibintangi aktor Leonardo Dicaprio? 

Saat menonton film itu bertahun-tahun lalu, saya ikut terpesona dengan kemewahan dan kemegahan kapal pesiar di film ini, berbobot 46.328 ton, dengan panjang 259 meter dan tinggi mencapai 53,3 meter, kapal ini seumpama istana terapung dengan segala fasilitas lengkapnya. 

Setelah melihat film itu, muncul sedikit keinginan untuk ngerasain liburan di tengah laut di atas kapal pesiar mewah. Sensasinya pasti berbeda dengan gaya liburan sebelum-sebelumnya. Siapapun rasanya juga enggak akan nolak kalau ada kesempatan liburan mewah di kapal pesiar ya, kan.

Tapi siapa sangka kesempatan itu datang juga tepat di tahun 2014 lalu. Bos di kantor tempat saya dulu bekerja memberi saya kesempatan untuk memimpin sebuah tur yang beragendakan menginap dan beraktivitas di sebuah kapal pesiar mewah dengan rute Singapura- Malaysia-Singapura. Bersama 3 orang rekan lainnya, pengalaman kerja rasa liburan itu berlangsung seru dan menyenangkan.

Jadi, kapal pesiar yang akan saya jelajahi untuk tiga malam ke depan itu bernama Mariner Of The Seas. Sebuah kapal seumpama mall mengapung dengan tinggi 15 dek (lantai) serta berat mencapai  139,863 Gross Ton, dengan panjang mencapai 311.12 meter.

       Kapal pesiar Mariner of the Seas dari                tampak depan (doc.pribadi)


Setiba di Singapura, rombongan kami mampir dulu untuk foto-foto di depan patung Merlion, ikonnya kota Singapura. Setengah jam kemudian, kami lanjut menuju Marina Bay Cruis Centre (MBCC) untuk melakukan proses check-in ke kapal tersebut. Proses check-in lumayan memakan waktu, ada 2 atau 3 tahapan check-in yang harus dilakukan setiap penumpang untuk bisa benar-benar tiba dan masuk ke lambung kapal. Ditambah tiap-tiap tahapan, Anda akan menemukan antrian yang cukup panjang, karena itulah penumpang harus datang paling telat tiga jam sebelum kapal berlayar.

Tak lama setelah menginjakkan kaki di perut kapal, saya melihat sekumpulan orang mengelilingi seorang laki-laki berpakaian hitam, seorang teman saya berkata, "Itu stand foto, untuk kenang-kenangan pernah naik kapal ini. Biayanya SGD 20." 

             Sebelum ke pelabuhan, mampir                          dulu ke Merlion Park 


Dalam hati saya tertegun mendengar nominalnya. Waktu itu rate 1 SGD masih di angka 10rb-an per dolarnya. Kami berempat memilih lanjut dan terus masuk ke dalam kapal, mulai mencari kamar kami masing-masing. Melewati puluhan perahu sekoci yang nampak tergantung di pagar-pagar berwarna putih di sepanjang sisi kapal. Terus melangkah melewati puluhan toko, ruang-ruang yang saya kurang tahu ada apa di dalamnya sampai kami tiba di dek yang berisikan ratusan kamar.

      Kartu identitas sementara (pengganti                     paspor) selama berlayar

Setibanya di depan pintu kamar, koper kami sudah lebih dulu sampai. Suatu sistem pengaturan bagasi penumpang yang sangat rapih dan apik. Jadi saat check-in tadi, koper kami yang sudah diberi semacam seal plastik penanda berisi kode nama pemilik koper dan nomor kamar si pemilik koper, koper-koper itu dimasukkan ke sebuah rel berjalan yang akan membawanya ke dalam kapal. Lalu petugas kapal dengan sigap dan teratur akan mengantar koper-koper tersebut ke kamar masing-masing pemiliknya. Kami pun tidak perlu repot-repot lagi menarik koper selama perjalanan masuk ke dalam koper. Sangat menyenangkan dan praktis, bukan?

Hari Kedua di Kapal

Akhirnya tiba di hari kedua kapal singgah dan berhenti di Malaysia tepatnya di pelabuhan Port Klang. Cuma beberapa jam saja kapal bersandar di sana. Tiba di Port Klang pagi, kembali berlayar sore hari jam 4 sore. 

           Isi perut di Windjamer Cafe

Semua penumpang kapal boleh turun dari kapal untuk sekedar seeightseing di sekitar pelabuhan, ada sebuah mall terdekat yang bisa dicapai dalam waktu 10 menitan dengan menggunakan taksi. Kalau mau ke KLCC (Kuala Lumpur City Centre) jaraknya cukup jauh, memakan waktu satu jam lebih dengan taksi. Pulang pergi bisa 2 jam-an, ditambah waktu untuk berjalan-jalan di kota Kuala Lumpur, waktu pasti berasa cepet banget. Bisa berabe kalau ketinggalan kapal, kapal pesiar selalu on time dan tak bisa menunggu beberapa orang yang telat untuk kembali masuk ke kapal. Gak mau itu terjadi, kami pun memilih jalan-jalan ke mall di dekat pelabuhan untuk makan, jajan minuman dan berbelanja sedikit oleh-oleh. 

Hari ketiga dan keempat dihabiskan benar-benar di atas kapal. Banyaknya fasilitas di sana membuat 4 hari pun tak cukup untuk menjajal semuanya. 

Enggak perlu takut kelaparan, di sini terdapat sejumlah tempat makan mulai dari Resto Utama yang bisa diakses oleh setiap penghuni kapal tanpa harus membayar lagi dengan begitu banyak menu terhidang, juga ada Kafe Windjammer dengan aneka menu internasional. Ada pula beberapa restoran lain tentunya anda harus membayar lagi untuk makan di tempat ini yaitu seperti Restoran Italia Giovanni, Johnny Rockets bagi mereka penggemar burger serta Chops Grille Steakhouse dengan aneka hidangan berupa steak dan menu internasional lainnya.

         Selfie dulu sebelum nonton film di                                bioskop kapal

Sore itu kami habiskan dengan berjalan-jalan di dek 8. Di sana desain dek dibuat terbuka menghadap langit dengan beragam fasilitas olahraga berupa beberapa kolam renang dengan fasilitas jacuzzi, trek jogging, lapangan basket, lapangan mini golf, fasilitas panjat tebing dengan ukuran cukup tinggi. 

Rasanya pasti enak banget berendam di kolam sambil melihat matahari terbenam. Tapi kami memilih untuk menikmati suasana sore sambil menyeruput ice cream cone rasa vanila yang memang disediakan gratis untuk para penghuni kapal. 

           Menikmati senja di dek 8 dengan                        background laut lepas 

Selain fasilitas di atas juga ada megahnya Royal Promenade berupa kawasan belanja didesain bergaya boulevard. Berbelanja sambil jalan-jalan santai mengelilingi toko-toko berbagai merk seperti Gucci, Chanel, LV dan masih banyak lagi dengan bebas bea (duty-free).

Sejumlah hiburan lain yang bisa dinikmati yaitu Bioskop, Ice Skating rink, Kasino dan banyak fasilitas lainnya. 

Empat hari pun berlalu begitu cepat. Antrian panjang penumpang yang mengantri untuk keluar kapal kembali terpampang di depan saya. Kartu identitas sementara pun kembali ditukar dengan paspor masing-masing pemiliknya. Tentunya tak lupa dengan koper dan belanjaan oleh-oleh di tangan.

         Berfoto sejenak saat turun di Port                                Klang, Malaysia

#pengalamannaikkapalpesiar

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Hujan Kembali Datang, Waspadai DBD dan Gejalanya

Musim hujan kembali datang.. brrr dingin dan mager, itu yang sering terlintas di kepala saya tiap kali teringat tentang musim hujan. Tapi faktanya mam, selain hawa dingin yang bikin mager, ternyata hujan yang turun terus menerus dan genangan air sesudahnya di sepanjang jalan, bisa menjadi surga loh untuk nyamuk berkembang biak dengan leluasa. Hal ini pula yang menyebabkan penyebaran DBD banyak terjadi saat musim hujan. Biasanya bagi kebanyakan orang, termasuk saya pun kalau sering kehujanan, kondisi tubuh pun menjadi tidak fit. Nah saat imun tubuh berkurang, saat itulah si virus DBD ini masuk menyerang tubuh kita. Karena sistem imun tubuh pada anak-anak belum sempurna, hal ini juga yang menyebabkan penyakit DBD lebh sering menyerang pada anak. Nyamuk Aedes Aegypti (foto:wikipedia.com) DBD itu sendiri adalah kepanjangan dari Demam Berdarah Dengue yang disebabkan oleh infeksi virus DBD di tubuh kita yang disebarkan lewat gigitan nyamuk betina jenis Aedes Aegypti. Gejala DBD p...

Guantanamo Diary- Diari Terampasnya HAM Seorang Napi

Secara tidak sengaja, buku ini awalnya saya comot begitu saja saat tak sengaja melihatnya di sebuah rak buku di sebuah toko buku besar di pusat perbelanjaan tak jauh dari rumah.  Pertimbangan saya saat itu hanya menilik lewat kover buku yang berwarna cerah dan blurb yang menyentak di bagian belakang buku. Dan setelah membacanya, saya langsung terhanyut dengan kisah yang dialami sang penulis-Mohamedou Ould Slahi- yang nyatanya sampai saat ini pun dirinya tak pernah menyangka dipaksa mendekam di dalam penjara terkejam di dunia-Guantanamo. Tanpa berbuat kesalahan apapun, ia menjadi tertuduh anggota teroris oleh Amerika. Miris namun begitu banyak hikmah yang terkandung di buku ini. Saat membacanya, hati saya ikut gelisah yang akhirnya saya tuangkan ke dalam sebuah tulisan dan Alhamdulillah dimuat di  Koran Jakarta, 15 Nov 2016. Berikut ulasannya. Kesaksian dari Neraka Guantanamo Judul Buku    : Guantanamo Diary Penulis   ...

Resensi Buku Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir ; Menghindari Sikap Lalai dan Kesia-siaan Hidup

Judul       : Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir Penulis    : Riawani Elyta & Risa Mutia Penerbit  : Quanta Cetakan   : 2019 Tebal       : 234 halaman ISBN       : 978-623-00-0386-8 Disadari atau tidak, gaya hidup hedonisme merebak secepat pertumbuhan jamur di musim hujan. Pesatnya kemajuan teknologi berimbas pada jumlah pemakai sosial media yang meningkat drastis ikut berperan dalam perkembangan gaya hidup konsumtif berlebihan dan menonjolkan kepuasan duniawi semata. Jika tidak diimbangi dengan kecerdasan rohaniah, tentunya banyak manusia akan terjerumus pada kemilau dunia yang sifatnya sesaat. Karena sesungguhnya, dunia ini hanyalah setetes air. Kalau kau tak dapat, jangan sedih, karena yang tak kau dapat hanya setetes. Dan kalau kau dapat, jangan bangga, karena yang kau dapat hanya setetes (hal.61). Melalui buku ini, penulis mengajak pembacanya agar tidak lalai menyikapi k...