"Masa iya, ngobrol aja harus punya skill segala?"
Jawaban pertanyaan di atas, bagi saya sih yes. Karena nih ya, tanpa adanya kemampuan berkomunikasi, yang ada orang lain tidak bisa menangkap isi obrolan yang mau kita sampaikan. Ujung-ujungnya SALAH PAHAM. Jadi enggak enak, kan?
Apalagi buat seorang introvert yang tidak nyaman bertemu banyak orang, ditambah kalau harus berbicara di depan umum. Jadi ingat dulu masa-masa bekerja, kok bisa ya, saya yang pendiam dan cenderung lebih banyak bekerja dibanding bicara saat di kantor, diberi kepercayaan oleh atasan mengawasi dan mengoreksi pekerjaan beberapa teman.
Dulu saat masih bekerja di dunia jasa pariwisata yang super sibuk dan membutuhkan konsentrasi tinggi, saya memang bersikap pendiam akut, enggak suka banyak ngomong, kecuali dengan saudara dan teman karib. Apalagi saat-saat harus bertemu klien baru, beberapa kali ikut belajar memandu tur dan terpaksa berkecimpung di pekerjaan yang harus berinteraksi dengan orang banyak, rasanya memang sangat-sangat menguras energi.
Kalau sekarang, membayangkan saja rasanya sudah mual dan ujung-ujungnya keringat dingin mengucur. Tapi dulu bisa jadi karena beberapa hal yang akhirnya membuat saya mau enggak mau harus tetap berbicara dan bekerja di bidang tersebut.
Berdasarkan pengalaman saya, berikut beberapa cara untuk seorang introvert mengasah skill berbicaranya :
1. Terpaksa oleh keadaan
Bekerja di dunia pariwisata membuat saya sadar saya enggak bisa "ngumpet" tanpa ketemu orang lain setiap harinya. Padahal ngumpet dari orang lain bisa menghemat energi saya (baterai kali ah). Tapi emang beneran sih, ketemu orang apalagi dalam jumlah banyak waktu itu rasanya sangat melelahkan. Tapi karena kondisi pekerjaan, mau enggak mau ya harus tetap dilakoni. Dengan terus menerus bertemu konsumen, melayani keperluan tiket pesawat dan liburan mereka, saya pun jadi belajar berinteraksi dan berkomunikasi lebih baik lagi agar konsumen tersebut nyaman dan memutuskan membeli paket liburannya melalui saya.
2. Ambil kesempatan untuk tampil di depan
Beberapa kali atasan saya memberi reward agar saya bisa ikut belajar memimpin suatu grup perjalanan baik itu dalam maupun luar negeri. Saya yang terbiasa kerja di balik meja, tiba-tiba saja harus mendampingi para peserta tur selama beberapa hari perjalanan dengan segala permasalahan yang mungkin saja timbul selama perjalanan. Saya sadar kesempatan tak datang dua kali, toh sambil kerja, bisa nambah pengalaman sekalian jalan-jalan.
3. Lawan rasa malu
Sepanjang perjalanan, saya berusaha menekan rasa malu dan minder saat melayani tamu-tamu di lapangan. Di kepala, saya mencoba memikirkan citra diri positif yang ada pada diri saya sambil terus memberikan yang terbaik untuk para peserta tur, mengiringi mereka serta memastikan tur berjalan baik sampai hari terakhir. Saat citra diri positif sudah muncul di kepala, rasa percaya diri pun ikutan muncul. Setelah dijalani, rasanya gak terlalu sulit seperti yang dibayangkan.
Sekarang pun, setelah memutuskan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga sekaligus freelance, saya berusaha untuk tidak terlalu terlalu "ngumpet" atau menutup diri dari pergaulan lingkungan sekitar.
Misalnya dengan ikut pengajian majlis ta'lim di lingkungan rumah, arisan RT, melayat tetangga dan beberapa kegiatan lainnya, usahakan untuk menyapa dan tersenyum kepada ibu-ibu lainnya. Lawan rasa takut atau enggan berbicara, tenangkan hati dan pikiran, lalu mulailah untuk membuka obrolan ringan.
Dari situ saya bisa belajar untuk mengembangkan skill berkomunikasi. Cukup dari memberanikan diri untuk sapa dan senyum di awal, maka si introvert ini pun tidak terlalu terlalu gloomy lagi.
Komentar
Posting Komentar